DEFINISI
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang
terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya
daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 1998).
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber
pada kelainan plasenta umpamanya kelainan servik biasanya tidak seberapa
berbahaya. Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu
dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan antepartum dapat berasal dari :
A. Kelainan plasenta
1.
Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal
plasenta terletak dibagian atas uterus.
2.
Solusio plasenta (Abruptio Placenta)
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta yang
letaknya normal pada corpus uteri sebelum lahirnya janin, terjadi pada triwulan
ketiga.
3.
Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya,
mungkin disebabkan : ruptura sinus marginalis, atau vasa previa.
B. Bukan dari kelainan plasenta
Misalnya didapatkan kelainan serviks dan vagina, dapat diketahui bila
dilakukan pemeriksaan dengan spekulum yang seksama. Kelainan yang tampak ialah
:
1)
erosio portionis uteri
2)
carcinoma portionis uteri
3)
polypus cervicis uteri, varices vulvae, dan trauma.
Disini penulis hanya akan membahas perdarahan
antepartum yang bersumber dari kelainan plasenta yaitu tentang plasenta previa
dan solusio plasenta dan pemeriksaan penunjang ultrasonography untuk mendukung
diagnosa. Perlu diketahui kematian perinatal terbesar karena perdarahan
antepartum adalah solutio plasenta (70%) dan plasenta previa (26,3%).
A.
Placenta Normal
B.
Placenta Previa
C.
Placenta Akreta
D.
Solusio Plasenta
KLASIFIKASI
Klasifikasi
Plasenta PreviaDidasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan
jalan lahir pada waktu tertentu :
1)
Plasenta previa totalis bila seluruh pembukaan tertutup
oleh jaringan plasenta
2)
Plasenta previa lateralis bila sebagian pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta
3)
Plasenta previa marginalis bila pinggir plasenta berada
tepat pada pinggir pembukaan
4) Plasenta
letak rendah bila plasenta yang letaknya abnormal di segmen bawah uterus, akan
tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir . Pinggir plasenta kira-kira
3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan
jalan lahir.
Klasifikasi
Solusio Plasenta
1) Solusio
plasenta totalis, bila plasenta terlepas seluruhnya
2) Solusio
plasenta parsialis, bila plasenta sebagian terlepas
3) Ruptura
sinus marginalis, bila hanya sebagian kecil pnggir plasenta yang terlepas.
4) olusio
plasenta dengan perdarahan yang keluar, perdarahan dapat menyelundup keluar dibawah
selaput ketuban.
5) Solusio
plasenta dengan perdarahan tersembunyi, perdarahan tersembunyi dibelakang
plasenta.
Secara klinis berdasarkan derajat terlepasnya
plasenta dan tanda klinik yang menyertainya, solusio plasenta dibagi :
1)
Solusio plasenta ringan
2)
Solusio plasenta sedang
3)
Solusio plasenta berat
ETIOLOGI
A.
Plasenta Previa
Disamping masih
banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui atau belum jelas,
bermacam-macam teari dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
1)
Endometrium yang inferior
2)
Chorion leave yang persisten
3)
Korpus luteum yang bereaksi lambat
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting
adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan
peradangan, sedangkan Browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah Vili
Khorialis persisten pada desidua kapsularis.
Faktor-faktor Etiologi :
1)
Umur dan Paritas
-Pada Primigravida, umur diatas 35 tahun lebih
sering daripada umur dibawah 25 tahun
-Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas
rendah
2)
Hipoplasia endometrium; bila kawin dan hamil pada usia
muda
3)
Endometrium
cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, post operasi caesar,kuretase,
dan manual plasenta.
4)
Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum
siap menerima hasil konsepsi.
5)
Kehamilan janin kembar
6)
Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
7)
Kadang-kadang pada malnutrisi.
8)
Riwayat perokok.
B.
Solusio Plasenta
Sebab yang jelas terjadinya solusio plasenta belum
diketahui, hanya para ahli mengemukakan teori:
Akibat turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh
spasme dari arteri yang menuju ke ruangan interviler, maka terjadilah anoksemia
dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini menjadi nekrotis, Spasme hilang dan
darah kembali mengalir ke dalam intervili, namun pembuluh darah distal tadi
sudah demikian rapuhnya serta mudah pecah, sehingga terjadi hematoma yang
lambat laun melepaskan plasenta dari rahim. Darah yang berkumpul dibelakang
plasenta disebut hematoma retroplasenter.
Diagnosis
dan Gejala Klinis
A.
Plasenta Previa
1)
Anamnesis
·
Keluhan utama Perdarahan pada kehamilan setelah
28 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester III)
·
Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri dan
berulang
2)
Inspeksi/inspekulo
·
Perdarahan keluar pervaginam (dari dalam uterus)
·
Tampak anemis
3)
Palpasi abdomen
·
Janin sering blm cukup bulan, TFU masih rendah
·
Sering dijumpai kesalahan letak janin
·
Bagian terbawah janin belum turun
4)
Pemeriksaan USG
·
Evaluasi letak dan posisi plasenta.
·
Posisi, presentasi, umur, tanda-tanda kehidupan
janin.
·
Transabdominal ultrasonography
KESIMPULAN
1. Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan
setelah 28 minggu.2. Faktor-faktor terjadinya perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta, ruptur sinus marginalis, plasenta letak rendah atau vasa previa.
3. Pentingnya diagnosa secara dini membantu penatalaksanaan secara dini sehingga dapat mengurangi angka mortalitas.
4. penggunaan Ultrasonography pada plasenta previa sangat akurat dan menunjang diagnosa secara cepat.
5. Penatalaksanaan perdarahan antepartum yang baik dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mauldin. 1994. Maternal Mortality in Developing Countries a Comparison of rates from Two International Compendia, Population and Development Reviews. Jakarta ; Medika. 20(2): 413-421
2. Mochtar R. 1998. Perdarahan Antepartum, Sinopsis Obstetri jilid 1 ed. 2. hal. 269-287. Jakarta ; EGC.
3. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: JNPKKR-YBPSP.
4. Wiknjosastro H. 1999. Perdarahan Antepartum, Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, FK-UI.
5. Sarwono Prawirohardjo. 2002. Perdarahan Antepartum, Ultrasonografi dalam obstetri, Ilmu kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, FK-UI.
6. Cunningham, dkk. Williams Obstetrics, 21st edition. USA: McGraw-Hill. 2001.
7. Patrick Ko, MD. 2005. Placenta Previa. E-medicine world medical library. www.emedicine.com
8. Shad H Deering, MD. 2005. Abruption Placenta. E-medicine world medical library. www.emedicine.com